Miftahul Munir Blogspot Punya

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Miftahul Munir Blogspot Punya

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Miftahul Munir Blogspot Punya

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Miftahul Munir Blogspot Punya

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Miftahul Munir Blogspot Punya

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

fb

Senin, 13 Januari 2014

OBAT HATI

Duhai yang sedang bersusah hatinya, yang setiap hari berserakan bikin becek jejaring sosial ini dengan keluh kesah dan curhat. Ketahuilah, obat hati itu ada lima.

Yang pertama, membaca Al Qur'an dan maknanya.

Yang kedua, dirikanlah shalat malam.

Yang ketiga, berkumpullah bersama orang2 saleh

Yang keempat, banyak2lah berpuasa.

Yang kelima, perbanyaklah zikir mengingat Allah.

Hanya itu, lima. Tidak ada disana obat hati: kalau mampet hati, curhatlah di facebook, twitter. Kalau sebal hati, curhatlah ke pesohor, motivator, yang kenal juga tidak.

Di jaman Nabi dulu, ada seorang Ayah kehilangan anak kecilnya yg berusia 10 tahunan. Aduh, sedih sekali Ayah ini, belum lagi istrinya sakit2an, keluarganya susah. Maka dia datang ke Nabi, curhat. Lantas apa kata Nabi? Nabi justeru mengingatkan agar dia banyak berzikir, mengingat Allah, dengan mengucapkan, tiada pertolongan selain pertolongan Allah.

Aduh, hari ini, orang2 lebih suka memakai logika dan kecerdasan milik dirinya untuk membantah nasehat2 seperti ini. Pakai logika, rasionalitas mereka yang seolah keren tapi kosong saja. Ayo, kita ini adalah orang2 beragama, lengkapi dengan ilmunya, biar paham posisi dan penjelasannya. Kalian curhat ke saya, apakah itu kehormatan bagi saya? Justeru sia2 seluruh nasehat di page ini yg dibagikan tiap hari secara gratis. Apakah saya bangga jadi tempat orang curhat? Ya Allah, saya sungguh malu, kenapa orang2 yg mengaku rajin membaca page ini, rajin membaca tulisan2 ini, tidak tahu kalau justeru Engkau lah tempat menerima seluruh curhat.

Maka, jika kalian memang mendesak ingin curhat, gunakanlah 5 obat hati tersebut. Banyak2 baca Al Qur'an, banyak2 mendirikan shalat malam, banyak2 berteman dgn teman2 baik, yg saleh, yg saling mengingatkan, saling menasehati (dan itu di dunia nyata, bisa kakak-adik kalian, bisa teman2 di sekolah, teman2 di masjid, teman2 di kajian, majelis ilmu), banyak2lah berpuasa, dan banyak2lah berzikir mengingat Allah. Bukan banyak2 menghabiskan waktu di jejaring sosial, yang bahkan lagi ngantri di alfamart saja mesti curhat di facebook, update status, "Bete deh, lama banget antrinya."

Berhentilah bersilat lidah dengan argumen2 dangkal dan sok tahu kita. Saya tidak kikir, pelit, sombong, dan saya sungguh dan insya Allah akan terus menasehati kalian, di page ini, gratis, mengingatkan siapapun, dan itu lebih dari cukup sebagai bukti tuduhan kalian dusta. Gunakanlah pemahaman2 baik itu sebagai pondasi. Kalianlah sumber motivasi terbaik untuk diri sendiri sepanjang punya pegangan terbaik.

Baiklah, akan saya tutup catatan ini dengan sajak,

Oh Allah, terbentang sajadah facebook
Panjang dan lama
Tapi terlipat sudah sajadah shalat kami
Kusam berdebu

Oh Allah, terbuka lebar2 kitab facebook 
Seru dan menghabiskan waktu
Tapi tertutup sudah kitab suci kami
Membisu di atas meja

Oh Allah, guru2 mengaji kami ditinggalkan
Kajian2 ilmu di masjid dilupakan
Pengajian2 sepi tiada peduli
Tapi ramai sekali di sini
Di tempat yang tidak saling mengenal satu sama lain

Oh Allah, malam2 kami bangun bukan utk mengingatmu
Tapi untuk mengingat hal lain
Setiap saat mendesah menyebut bukan zikir nama Engkau
Tapi setiap saat membuka hal lain

Maka semoga tetap ada yang mengingatkan kami
Terus menasehati hakikat kehidupan terbaik

*Tere Liye 


dipost Oleh Sangjurupati

BURUH MURAH

Dulu, waktu masih SMA, dalam pelajaran ekonomi, pasti dibilang, salah-satu keunggulan ekonomi Indonesia itu adalah: buruh murah. Saya sebenarnya bingung dengan poin ini. Buruh murah? Keunggulan? Itu sih sama saja 'melecehkan' kapasitas orang Indonesia. Ayo, mari investasi ke Indonesia, karena di sana orangnya murah2, dikasih gaji rendah, sudah mau kerja sepanjang hari. Kan nggak asyik melihat promosi seperti itu.

Nah, kalau mau disebut keunggulan, jenisnya adalah: tenaga kerja di Indonesia itu produktif dan rajin2. Itu baru benar. Dan atas produktif dan rajin2 itu, jelas sekali ada harganya, tidak gratis. Apakah murah? Atau mahal? Harus dilihat dengan kaca mata komprehensif, karena urusan ini hal yang sangat relatif.

Tapi apapun itu pendapat orang2, saya kira, sudah saatnya kita menghentikan jargon buruh murah ini. Cukup. Di Jakarta, gaji buruh itu memang 2,4 juta, di Surabaya menyusul akan naik jadi 2,2 juta. Tapi di sebagian besar belahan Indonesia, gaji minimum buat buruh itu masih 1 juta-an. Bekerja 40 jam per minggu, atau 160 jam per bulan, hitung saja sendiri, berapa harga tenaga orang Indonesia, hanya 6 ribu/jam.

Setiap tahun buruh2 demo, jalanan macet, imbasnya kemana2. Belum lagi di jejaring sosial, juga ribut dengan diskusi, debat, soal ini. Dan ini tidak akan berhenti tahun ini, bersiaplah di tahun2 mendatang, kesadaran para buruh atas gaji mereka terus membaik, dan mereka akan terus menuntut situasi yang lebih baik. 

Maka, jika kita berpikir dengan sudut pandang positif, sebenarnya situasi ini jadi simpel. Situasi ini akan membentuk keseimbangan baru. Di dunia ekonomi, proses menuju equilibrium baru bisa berlangsung lancar, bisa rumit. Untuk urusan gaji buruh ini, kurang lebih berikut prosesnya:

1. Jika gaji buruh terus naik, maka silahkan pengusaha berpikir sekarang. Apakah tetap produksi, atau tutup, atau pindahkan ke kota/negara lain. Toh, pengusaha juga tidak bisa maksa kalau orang yang mau dipekerjakan mintanya segitu. 
2. Saat pengusaha satu-persatu pindah, atau mulai menerapkan teknologi mesin, atau mengambil keputusan rasional lainnya, maka kebutuhan buruh mereka akan berkurang drastis.
3. Banyak buruh akan kehilangan pekerjaan; dan angkanya bisa signifikan. Toh, buruh tidak bisa memaksa pengusaha merekrut mereka; pengusaha punya hak penuh. Yang tertinggal di perusahaan adalah buruh2 dengan kualifikasi tinggi, produktif, dengan gaji tinggi pula.
4. Buruh2 yang kehilangan pekerjaan, akan memikirkan solusi lain. Bisa menjadi wiraswasta, bisa bertani, dan jenis2 pekerjaan lainnya. Atau tetap jadi pengangguran, nafkah keluarga terhenti.

Keseimbangan baru terbentuk. 

Yang jadi pertanyaan pentingnya adalah: apakah proses menuju keseimbangan baru itu akan berjalan lancar? Mulus? Itu tanggungjawab seluruh buruh yang terlibat di dalamnya. Juga tanggung-jawab pemerintah, pun kita orang2 di sekitarnya--konsumen produk hasil tenaga buruh. Semoga saja lancar. Semoga saja, dengan begini, justeru akan lahir wiraswasta baru, lahir pengusaha2 baru, lahir orang2 mandiri. Karena jika equilibrium baru ini berjalan rumit, maka hasil akhirnya bisa melenceng jauh. Saya tidak mencemaskan demo, karena ini sih kecil saja. Tapi saya mencemaskan hasil akhirnya. Semua harus siap dengan resikonya, termasuk kehilangan pekerjaan. Kan repot, request gaji tinggi, saat orang tidak mau mempekerjakan lagi, kita malah jadi pengangguran--bukannya produktif dengan hal lain.

Selamat tinggal era buruh murah. Hari ini, semua hal memang ada harganya. Dan saat orang2 sibuk menuntut harga itu, semoga juga tidak lupa, kalau orang lain juga berhak dihargai. Cepat atau lambat, saat kesadaran ini datang, di negeri ini akan berhenti sendiri orang2 yg membajak DVD, minta ini gratis, itu gratis, minta subsidi, dsbgnya. Karena kita sudah sadar semua, bahwa semua berhak dihargai sesuai kapasitasnya. Itu berarti Indonesia sudah siap masuk kategori negara maju.

Semoga begitu. Bukan sebaliknya. 


Dipost Oleh Sangjurupati

BERTEMPUR

Kita, tidak akan mengeluh, atas pilihan yang kita ambil sendiri. Tidak pantas, dan tidak patut.

Ada orang yang memutuskan pacaran, lantas pacarnya selingkuh, dia hamil, maka jangan mengeluh, adik2. Sungguh jangan. Bagaimanalah kita meletakkan harga diri, kehormatan kita? Jelas2 sekali kita sendiri yang memutuskan pacaran, kita sendiri yang melampui batas, sedangkan orang lain sudah koar2 menasehati jangan, bagaimana mungkin kita akan mengeluh atas resiko pilihan diri sendiri?

Atau contoh lain, ada orang yang memutushkan jadi guru honorer, digaji kecil sekali, belasan tahun tidak diangkat2, maka jangan mengeluh, kawan2. Sungguh jangan. Jelas sekali kita sendiri yang memilih jadi guru honorer, kita sendiri yang bersedia, bagaimana mungkin kita akan mengeluh atas resikonya? Tentu saja contoh kedua ini tidak bisa disetarakan dengan contoh pertama, yg satu jelas2 keliru, tapi fokus kita soal mengeluhnya, bukan yang lain.

Saya paham, itu manusiawi memang, dan satu-dua, boleh jadi memang hak kita. Tapi selalu cam-kan baik2: kita tidak akan mengeluh, atas pilihan yang memang kita ambil sendiri.

Jika hari ini kita hanya begitu2 saja, tidak dihargai, disitu2 saja, jangan mengeluh. Itu jelas implikasi dari keputusan yang kita ambil bertahun2 lalu. Jika kita hanya bisa jadi ini, tidak bisa jadi itu, maka jangan mengeluh. Itu jelas akibat dari apa yang dulu telah kita lakukan.

Kalau sudah terlanjur, sudah kadung demikian, saatnya untuk berdiri tegak, kokoh. Buatlah rencana2 terbaik, mengubah nasib sendiri. Karena tidak pantas kita selalu mengeluh atas situasi yang kita kunyah tiap hari, tapi kita tidak mengambil langkah kongkret. Kan jadi aneh, kita suka sekali ngomongin orang cuma teori, cuma manis kalimat, cuma jago nasehat, nyalahin orang lain (termasuk pemerintah), tapi kitalah sebenarnya mahkluk hidup yang disebut: omdo, alias omong kosong. Justeru tidak melakukan apapun atas hidup sendiri.

Kalau sudah terlanjur hamil (dalam kasus pacaran misalnya), maka usap air mata, berhenti menangis. Segera bersimpuh sujud, tobat pada Allah, tunaikan sanksi berzina tersebut, kemudian jalani hidup baru. Besarkan anak kita tersebut. Semua orang berhak atas hidup baru, new life. Masa lalu selalu tertinggal di belakang. Kita bisa jadi orang yang benar2 fresh, berubah total, dan mengerti, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kalau orang lain masih menatap sebelah mata pada kita, itu urusan orang lain. Urusan kita adalah: saya sudah menjadi orang baru yang insyaf.

Kalau sudah terlanjur jadi guru honorer bergaji kecil, tidak diangkat bertahun2 (dalam kasus pekerjaan misalnya), maka berhenti mengeluh kemana2, mengeluh ini, mengeluh itu, panggil cinta dan motivasi kenapa kita harus jadi guru. Jika tidak mampu memanggilnya, karena dulu cintanya hanya sebatas berharap diangkat jadi PNS (dan sekarang cinta itu jadi benci karena nggak diangkat2 juga), maka sudah saatnya berpikir untuk mencari pekerjaan lain. Tegak, kokoh, mulai melakukan hal lain. Kita bisa menjadi orang yang benar2 fresh, berubah total, boleh jadi malah esoknya menjadi pengusaha top, selebritis terkenal, dsbgnya. Pilihannya selalu demikian. Bertahan, tanamkan cinta, atau pergi.

Apapun situasi yang kita hadapi sekarang, berhentilah mengeluh dan menyalahkan orang lain atas situasi yang kita pilih sendiri--sadar atau tidak sadar saat memilihnya. Kita ini punya kaki, punya tangan, punya otak, kita punya semua amunisi untuk bertempura dalam kehidupan. 

Mari berjuang. Kebahagiaan itu harus direngkuh dengan banyak hal. Termasuk melalui perjalanan spiritual kehidupan, hingga tiba di titik pemahaman yang baik.

*tere liye

Dipost Oleh Sangjurupati

BUMI LANGIT JARAKNYA

Bertahun2 eksis dan narsis di internet, saya menemukan banyak pengalaman menarik. Satu-dua saya simpan saja sebagai catatan biar paham, pembelajaran diri sendiri, beberapa sy tuliskan, sy bagikan yg mungkin berguna buat orang banyak. Kali ini, akan saya ceritakan sebuah kejadian menarik. Anggap saja fiksi, biar tidak ada yang tersinggung, dan cerita ini sudah di-tulis ulang sedemikian rupa dengan setting dan isu berbeda, biar tidak ada yang merasa. Pun bisa dianggap saja kisah fiksi--yg sayangnya sering terjadi di dunia nyata.

Kata kunci dari catatan ini adalah: sudah jadi kebiasaan orang, saat berdebat, maka dia akan menyebut2 latar belakang pendidikannya, menyebut2 betapa keren dan hebatnya dia, sehingga layak punya argumen. Lantas tidak puas dengan itu, dia akan menyerang dan menghina pendidikan orang lain (padahal dia tidak tahu).

Here we go, alkisah, ada seorang teman yang menulis tentang topik agama. Tulisan itu baik sekali, dilandasi pengetahuan yang komprehensif dan mendalam. Dia menulis dari banyak sumber, dan dibuat dengan amat hati2. Tapi entah kenapa, ada yang ternyata tidak sependapat, malah tersinggung. Dan orang yang tidak sependapat ini mulai menuliskan komen2 menyerang. Bilang kalau tulisan tersebut keliru, salah. Komen orang tidak sependapat ini dengan segera mendapatkan komen dari orang lain yang setuju, maka terjadilah debat kusir di halaman tersebut. Dengan cepat, tanpa menunggu waktu, semua orang akan berebut bilang pendapatnya paling benar, bilang dia punya latar belakang pendidikan yang lebih baik, sekolah di tempat yg lebih baik, dstnya, dstnya. Tidak cukup sampai disitu, untuk melampiaskan nafsu berdebat, maka orang2 juga mulai menghina, menyerang orang lain tahu apa sih? Siapa sih penulis tulisan ini? Memangnya dia ulama? Ahli tafsir? Dsbgnya?

Teman saya ini, sayangnya, memang tidak pernah memberitahu latar belakang pendidkannya. Dia bukan pesohor, bukan ustad yang sering muncul di televisi, bukan orang2 top yang seding dianggap jadi 'Nabi' di jejaring sosial. Dia simpel hanya guru di sebuah boarding school, dan mengisi waktu luang dengan menulis isu2 kontemporer tentang agama, dibagikan di blog dan akun jejaring sosialnya. Yang membaca tulisan2nya banyak, tapi tidak se-megah akun milik pesohor lain yang bisa ratusan ribu hingga jutaan.

Dalam situasi debat tidak terkendali di tulisan tersebut, maka teman saya ini memilih menghapus postingan tersebut. Kenapa dihapus? Bukankah tidak ada yang salah dengan tulisan itu? Dia punya alasan tersendiri yang tidak disebutkan, mungkin agar kerusakan yang timbul tidak lebih parah. Dengan dihapus, maka selesai sudah semua debat saling menyerang di tulisan itu (yg saling menyerang adalah orang2 yang membaca tulisan itu, bukan dia, karena dia memilih menahan diri).

Tapi, ada sebuah rahasia kecil dalam cerita ini. Saat orang2 yang tidak sependapat dengan tulisannya menyerangnya, menulis: siapa sih yang nulis ini? kayak sudah paham agama saja. Maka tidak ada yang tahu sama sekali, kalau teman kita ini, guru di salah-satu boarding school ini justeru adalah seorang hafiz Qur'an, menghafal ribuan entry hadist, lulusan Al Azhar Kairo dengan prediket cumlaude. Entahlah, apakah jika orang2 yang menghinanya itu tahu kalau dia sebenarnya bumi langit dibandingkan dengan orang yang dihinanya, apakah mereka akan menyumpal mulutnya dengan terasi. Saya tidak tahu.

Hari ini, kita menghabiskan waktu banyak sekali di jejaring sosial. Dan kita tidak bisa mencegah ekses negatifnya. Kita tidak bisa melarang orang2 berkeliaran di mana2, menumpahkan kotoran. Tidak bisa. Maka, sungguh baik teladan teman kita ini. Dia memilih solusi yang lebih bijak, tidak menanggapi orang2 yang menghinanya, atau jika situasinya sudah terlanjur rumit, dia memilih mengalah, menghapus postingan. Saya sih tidak bisa sebijak dia, saya lebih sering ngamuk2 di page saya, dan jelas tidak ada ampun bagi siapapun yang melanggar peraturan. 

Tapi apapun itu, maka semoga setidaknya kita terus belajar memperbaiki diri. Setiap kali kita tidak sependapat dgn orang lain, maka jangan menyerang orang tersebut di rumahnya, menghinanya soal pendidikan, dsbgnya. Karena boleh jadi, kita justeru sedang ditertawakan banyak orang yang tahu persis situasinya. Jika kita memang tidak sependapat, jengkel sekali, maka tulislah pendapat kita di rumah sendiri. Itu lebih baik, lebih bermanfaat. Jadilah pengguna internet yang sehat.

Adios.


Dipost Oleh Sangjurupati

SEKOLAH = PENJARA

Tidakkah kita memperhatikan
Gerbangnya terbuat dari besi
Di gerbangnya ada penjaga, 
Tembok tinggi mengelilingi 

Kelas-kelasnya tertutup jeruji
Hanya menyisakan jendela kecil
Pun pintu yang ditutup
Dari pagi hingga petang
Seluruh murid konsentrasi tinggi
Belajar secara spartan

Tidakkah kita memperhatikan
Sekolah2 kita sudah mirip penjara hari ini
Yang masuk ke dalam sana, harus bayar mahal pula
Wajah-wajah terpenjara 
Wajah-wajah sedang belajar
Entah apa bedanya lagi

Angka adalah pembeda kasta
Nilai jelek cari masalah
Menghafal mati isi buku sudah biasa
Penuh peraturan ujung ke ujung
Ini wajib, itu wajib
Hal2 yang tidak ada di kurikulum pun jadi wajib
Terserah 'sipir' bilang apa

Lantas di mana kesenangan belajar itu?
Ketika yang bodoh sekalipun memperoleh senyum
Yang paling lelet sekalipun menerima motivasi
Kepedulian ditumbuhkan
Akhlak baik ditanamkan

Tidakkah kita memperhatikan
Sekolah2 kita sudah mirip penjara hari ini
Bukan hanya fisiknya saja
Tapi juga isi dalamnya
Semua diukur secara kuantitatif
Semua dijadikan kompetisi
Tolong pikirkanlah.

*Tere Liye

Dipost Oleh Sangjurupati

KAU ADALAH WANITA TERCANTIK

Seperti janji matahari
Selalu datang esok pagi
Bagai embun di dedaunan
Bening hati tanpa balasan

Tapi kami
Hanya ingat marah dan larangmu, suruh dan tidakmu
Tapi kami
Lupa sayang dan lembutmu, kasih dan bebanmu

Seperti janji sepotong lilin
Habis terbakar demi terang
Bagai huruf A dalam kata doa
Laksana nada do dalam sebuah lagu
Kau selalu ada dan melengkapi
Kau adalah wanita tercantik…
Ibu.



Dipost Oleh Sangjurupati

SAAT HUJAN

Berteriaklah di depan air terjun tinggi,
berdebam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi,
pucuk2nya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari

Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah kemana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu

Dan, menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan

Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya

Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan,
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah

Maka nasehat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan

*Tere Liye



Dipost Oleh Sangjurupati